Butuh dana Lima Triliun Rupiah Untuk Membuat Satelit Pemantau Banjir


Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) menyatakan bahwa butuh dana Rp 5 triliun membuat satelit untuk memantau banjir seperti satelit radar ALOS PALSAR 2 milik Jepang.
"Memang kita membutuhkan kemandirian satelit. Untuk itu butuh dukungan pemerintah. Satelit seperti ALOS PALSAR 2 sangat dibutuhkan Indonesia yang memang rawan bencana alam," kata M Rokhis Khomaruddin Kapuspen Pengindraan Jauh Lapan, di Gedung Lapan, Pekayon, Jakarta Timur, Kamis (12/2/2015).

Menurut Rokhis, Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Hal itu membuat kondisi tutupan awan di Indonesia relatif tinggi. Selama ini pemantauan satelit untuk wilayah Indonesia menggunakan satelit bersensor optis. Akibatnya dari 40 persen data yang diperoleh memiliki tutupan awan 30 persen lebih. Ini membuat sulitnya memperoleh data satelit secara lengkap dan akurat. Karena itu kita butuh satelit sehebat ALOS PALSAR-2. "ALOS PALSAR mampu menghasilkan data citra satelit resolusi tinggi sekitar 3 meter. Dengan begitu inventarisasi objek di permukaan bumi bisa dilakukan. Satelit itu juga memiliki tingkat akurasi 80 persen. Namun cukup berat sekitar 2 ton maka dari itu butuh roket yang besar untuk menerbangkannya," tandasnya.

Dikatakan Rokhis, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan, Pertaniaan, BBPT, dan ESDM terkait manfaat satelit radar ALOS PALSAR 2. Para lembaga itu mendukung sekali Indonesia memilikit satelit sekelas ALOS. Kemudian juga pihaknya akan mengajukan enam proposal kerjasama dengan lembaga antariksa Jepang atau Japan Aerospace Exploration Agency (JAXA) ke pemerintah Indonesia. Keenam proposal itu antara lain adalah identifikasi perkebunan kelapa sawit dan sagu. Pemantauan tanaman padi dan tanaman tebu. Bencana alam gunung meletus serta tanah longsor. Pencurian ikan dilaut serta tsunami.

Indonesia saat ini memiliki satelit survelance yakni satelit 8A1 dan sudah tujuh tahun beroperasi. Satelit itu sudah waktunya turun dan digantikan dengan satelit 8A2.

0 Komentar